Sabtu, 05 Juli 2014

Pembagian Hadits dari Segi Kuantitas dan Kualitas Hadits




Pembagian Hadits dari Segi
Kuantitas dan Kualitas Hadits

Pembagian Hadis dari Segi Kuantitas Perawi

                  Hadis mutawatir
                  Hadis masyhur
                  Hadis ahad

Ulama ushul (ushuliyyun) dan ulama kalam
(mutakallimun):
                  Hadis mutawatir
                  Hadis ahad.
l  Secara etimologis, hadits Mutawatir: مُتَتَابِعٌ (beriringan tanpa jarak).
l  Secara terminologi: hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta. (jumlah mutawatir?)
l      مـَا كَانَ عَنْ مَحْسُوْسٍ أَخْبَرَ بِهِ جَمــَاعَةً بَلـَغُوْا فِى اْلكـَثْرَةِ مَبْلَغـًا تُحِيْلُ اْلعَادَةَ تَوَاطُؤُهُمْ عَلـَى اْلكـَـذِبِ
         Artinya: Hadits yang berdasarkan pada panca indra (dilihar atau didengar) yang diberitakan oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat berbohong
Syarat Hadis Mutawatir
                  Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi tanpa dusta
                  Seimbang antara perawi pada setiap thabaqat.
                  Berdasarkan tanggapan pancaindra.
Tiga Macam Hadis Mutawatir
     Hadits mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang sama, serta kandungan hukum yang sama:
قـَالَ رَسُوْلُ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فـَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Barang siapa yang  ini sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah dia siap-siap menduduki tempatnya di atas api neraka.
2. Hadits Mutawatir Ma’nawi, yang berasal dari berbagai hadits yang diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi jika disimpulkan, mempunyai makna yang sama tetapi lafaznya tidak.
3. Hadits Mutawatir ‘Amali, amalan ibadah yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in, diikuti generasi sampai sekarang.
Hadis Ahad
         Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid yang berarti “satu”. Kata ahad berarti satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan. Menurut istilah hadits ahad berarti hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau dua orang atau lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam kategori hadits mutawatir. Hadits ahad adalah hadits yang jumlah perawinya tidak sampai pada tingkatan mutawatir.
                                    Hadis masyhur            



l  Hadis Ahad



                                                            Ghairu masyhur.
l  Masyhur berarti “tersebar dan populer”. Menurut istilah:
مـَارَوَاهُ مِنَ الصَّحَابَهِ عَدَدٌ لا يَبْلُغُ حَدَّ تَـوَاتِر بَعْدَ الصَّحَابَهِ وَمِنْ بَعْدِهِمْ
“Hadits yang diriwayatkan dari sahabat tetapi bilangannya tidak sampai pada tingkatan mutawatir, kemudian baru mutawatir setelah sahabat dan orang yang setelah mereka.”
l  Ghairu masyhur kebalikan masyhur terbagi kepada hadis Aziz (sedikit atau jarang) dan hadis Gharib (menyendiri)
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas

1. Hadis shahih
2. Hadis hasan
3. Hadis dhaif.
4. Hadis Maudhu’


l  Hadis Shahihالصحيح ), yaitu hadits yang telah dapat dibuktikan secara sah kebenarannya berasal dari Nabi saw.
l  Syaratnya:
l  1.      Sanadnya bersambung semenjak dari Nabi, Sahabat, hingga periwayat terakhir.
l  2.      Periwayatnya orang yang memiliki sifat ‘adil dan dhabith.
l  3.      Hadits yang diriwayatkan tidak boleh cacat, misalnya, mengatasnamakan hadits tersebut dari Nabi saw., padahal sebenarnya bukan dari Nabi saw. 
l  Hadits Hasan
l  Hasanالحسن ), yaitu hadits yang telah dapat dibuktikan berdasarkan sangkaan kuat terbebas dari kesalahan dalam riwayat. Hadits hasan ini sebenarnya derajatnya hampir sama dengan hadits shahih, namun ada kekurangan di dalam periwayatnya yaitu kedhabithannya.
l  Maksudnya, orang-orang yang meriwayatkan suatu hadits namun orang tersebut tidak dikenal mempunyai hafalan yang kuat atau cermat maka status hadits tersebut menjadi hasan. Tetapi, hadits hasan dapat naik derajat atau tingkatanya menjadi shahih karena hadits yang lain yang isinya sama yang diriwayatkan melalui jalur lain yang kualitasnya tidak lebih rendah.
l  Hadits Dha’if
l              Dha’ifالضعيف ), yaitu hadits yang diduga palsu atau diduga terjadi kesalahan dalam riwayat. Jenis-jenis hadits dha’if :
l  Hadits dha’if yang disebabkan oleh keterputusan sanad.
l  Hadits dha’if yang disebabkan oleh cacat periwayatnya
l  Hadits Maudhu’
l  Hadits Maudhu’ adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW  baik perbuatan, perkataan, taqrir, dan sifat beliau secara dusta.

l  Cara agar kita mengetahui bahwa suatu hadits berstatus maudhu’ adalah :
l  Kepalsuan sanad:
la.       Periwayatnya dikenal pembohong (cek biografinya).
lb.      Pemalsu hadits mengaku sendiri, seperti pengakuan Abdul Karim ibn al-Awja’ yang telah memalsukan tidak kurang 4000 hadits.
l c.       Terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa seorang periwayat adalah pembohong. Misalnya, Ma’mun ibn Ahmad al-Halawi mengaku pernah memperoleh hadits dari Hisyam ibn ‘Ammar. Kemudian ditanya oleh Ibn Hibban, “kapan engkau bertemu dia di Siria?” Ia menjawab, “tahun dua ratus lima puluh.” Kemudian Ibn Hibban mengatakan, “Hisyam yang kau sebut itu meninggal pada tahun dua ratus empat puluh lima.”

l     2.      Kepalsuan matan :
     Jika hadits tersebut bertentangan dengan temuan rasional, tanpa ada kemungkinan takwil
     Jika hadits tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits mutawattir
l     Contohnya : sebuah hadits “Usia dunia itu tujuh ribu tahun lagi”
l     Bertentangan dengan ayat Al-Qur’an bahwa Hari Qiyamah itu hanya Allah Swt. yang mengetahuinya.
l     al-A’raf : 187.
c. Jika hadis tersebut menggambarkan bahwa para Sahabat sepakat untuk menyembunyikan ajaran Nabi.
d. Jika sebuah hadis bertentangan dengan bukti-bukti sejarah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar