KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Al Hadits dengan judul “Hadits Qudsi”, serta sholawat dan
salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Tujuan penulisan
Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Al Hadits. Makalah ini tidak
akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen kita, Abdul Waid M.S.I yang telah membantu
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi pembaca. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan guna menyempurnakan
makalah–makalah kami selanjutnya.
Kebumen, Mei
2014
Penulis
Pendahuluan
A. LatarBelakang
Dasar agama islam yang muliainiadalah al qur’andanhadistnabisholallahu
‘alaihiwasallam. Artinya, segalabentukkeyakinan,
amalandanperbuatanseorangmanusiaharuslahmencocokiapa yang
terdapatdalamalqur’andanhadistnabisholallahu ‘alaihiwasallam.
Dalamtradisiislam, haditsdiyakinisebagaisumberajaran agama keduasetelah
al-quran. Akan tetapi, pengambilanhaditssebagaidasarbukanlahhal yang
mudah.Mengingatbanyaknyapersoalan yang
terdapatdalamhaditsitusendiri.Sehinggadalamberhujjahdenganhaditstidaklahsertamertaasalcomotsuatuhaditssebagaisumberajaran.
Sejarahpembukuanhadisttidaklepasdariusahaparaulamahadist yang
telahmelakukanklasifikasiterhadaphadistbaikberdasarkankuantintasmaupunberdasarkankualitashadist.Dari segikuantitasperiwayatnya,
hadisdibagimenjadiduayaituhadistmuttawatir dan hadistahad.Sedangkandarisegikualitassanaddanmatannya, hadistdibagimenjaditiga:hadistsahih, hadisthasan, danhadistdho’if.
Hadis dilihat dari sumber berita, dari siapa
berita itu dimunculkan pertama kali terdapat empat macam, yaitu qudsi, marfu’,
mawquf, dan, maqthu’. Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita itu dari
allah dinamakan hadis qudsi, jika sumber berita datang dari nabi disebut hadis
marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadis mawquf, dan
jika datangnya dari tabi’in disebut hadis maqthu’. Sumber berita utama di atas
tidak dapat menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari allah
atau nabi, karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya
dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para
pembawa berita.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
hadits qudsi. Kami juga akan membahas tentang perbedaannya dengan al-quran dan
hadits nabawi.
B. RumusanMasalah
- Apa pengertiandarihadistqudsi ?
- Persamaandanperbedaanhaditsqudsidenganhaditsnabawi ?
- Perbedaanhaditsqudsidengan al-qur’an ?
- Kedudukan hadits qudsi antara al-qu’an dan hadits nabawi ?
- Contoh-contoh hadits qudsi ?
C. TujuanPerumusan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan
rumusan masalah diatas. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan informasi kepada kita semua mengenai hadits qudsi, dan perbedaannya
dengan al-quran dan hadits nabawi. Dan apabila terdapat permasalahan yang ingin
dibahas, sekiranya kita dapat memecahkannya bersama-sama.
Bab II
Pembahasan
- Pengertian Hadits Qudsi
Secara bahasa hadits qudsi berasal
dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan, artinya suci atau bersih.
Secara terminology terdapat beberapa defenisi
yang berbeda, antara lain:
مايخبرالله
تعالى به النبي صلى الله عليه وسلم بالإلهام أو بالمنام فأخبرالنبي من ذالك المعنى
بعبارة نفسه
Artinya : ”sesuatu yang
diberitakan allah swt. Kepada nabi saw. Dengan ilham atau mimpi, kemudian nabi
menyampaikan berita itu dengan unkapan-ungkapan sendiri.”[1]
كل حديث يضيف
فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم قولاإلى الله عزوجل
Artinya : ”segala hadits rasul saw. Yang
berupa ucapan, yang disandarkan kepada allah ‘azza wa jalla”[2]
ما أخبرالله
نبيه تارةبالوحي وتارةبالإلهام وتارةبالمنام مفوضاإليه التعبيربأي عبارة شاء
Artinya : “sesuatu yang diberitakan
allah swt., terkadang melalui wahyu, ilham, atau mimpi, dengan redaksinya yang
diserahkan kepada nabi saw.”[3]
Dari semua defenisi diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits qudsi adalah
segala sesuatu yang diberitakan Allah swt. Kepada nabi saw. Selain al-quran
yang redaksinya disusun oleh nabi saw.
Disebut hadits karena
redaksinya disusun sendiri oleh nabi saw. Dan disebut qudsi karena
hadits ini suci dan bersih (ath-thaharah wa at-tanzih) dan
datangnya dari dzat yang mahasuci. Hadits qudsi ini juga
sering disebut dengan hadits ilahiyah atau hadits rabbaniah. Disebut ilahi atau rabbani karena
hadits ini dating dari allah raab al-‘alamin.
B. Persamaandan PerbedaanAntaraHaditsQudsidan HaditsNabawi
1. PersamaanHaditsQudsidenganHaditsNabawi
Hadits
qudsi dengan hadits nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan,yaitu sama-sama
bersumber dari Allah SWT.Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
وما ينطق عن
الهوي.ان هو الا وحي يوحي
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya).(Q.S.An-Najm
[53]:3-4).
2.
PerbedaanHaditsQudsidenganHaditsNabawi
Perbedaan Hadist Nabawi da Hadist Qudsi dapat dilihat dari
segi penisbatan, yaitu Hadist Nabawi dinisbatkan kepada Rasulullah SAW dan
diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan Hadist Nabawi. Adapun Hadist Qudsi
dinisbatkan kepada Allah SWT, sedangkan Rasulullah SAW, menceritakan dan
meriwayatkan dari Allah SWT. Oleh karena itu, ia dibatasi dengan sebutan
Al-Quds atau Al-llah,sehingga disebut hadist qudsi atau hadist ilahi, yakni
penisbatan kepad Dzat Yang Maha Tinggi.[4]
C. PerbedaanHaditsQudsidengan Al Qur’an
Ada
beberapa perbedaan antara hadits qudsi dengan al-qur’an. Dan yang terpenting
ialah;
1.Al-quran
al-karim adalah kalam allah yang diwahyukan kepada rasulullah saw dengan
lafazhnya, yang dengannya orang arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu
membuat seperti al-quran itu, atau sepuluh surat yang serupa itu, atau bahkan
satu surat sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena al-quran merupakan
mukjizat abadi hari kiamat. Sedangkan hadits qudsi tidak untuk menantang dan
tidak pula berfungsi sebagai mukzijat.
2.Al-quran
al-karim hanya dinisbahkan kepada allah semata. Istilah yang dipakai biasanya,
“allah ta’ala telah berfirman.” Adapun hadits qudsi seperti telah dijelaskan
sebelumnya, terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada allah. Penyandaran
hadits qudsi kepada allah itu bersifat penisbatan insya’i (yang diadakan).
Disini juga menggunakan ungkapan, “allah telah berfirman atau allah berfirman.”
Terkadang juga diriwayatkan dengan disandarkan kepara rasulullah saw, tetapi
penisbatannya bersifat ikhbar (pemberitaan), karena nabi yang mengabarkan
hadits itu dari allah. Maka disini dikatakan; rasulullah mengatakan
mengenai apa yang diriwayatkan dari tuhannya.
3.Seluruh isi
al-quran dinukil secara mutawatir , sehingga kepastiannya sudah mutlak (qath’i
ats-tsubut). Sedang hadits-hadits qudsi sebagian besar memiliki derajat khabar
ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan (zhanni ats-tsubut).
Adakalanya hadits qudsi itu shahih, terkadang hasan (baik) dan ada pula yang
dha’if (lemah).
4.Al-quran
al-karim dari allah, baik lafazh maupun maknanya. Itulah wahyu. Adapun hadits
qudsi maknanya saja yang dari allah, sedang lafazh (redaksi)nya dari rasulullah
saw hadits qudsi wahyu dalam makna, bukan dalam lafazh. Oleh sebab itu, menurut
sebagian besar ahli hadits, tidak mengapa meriwayatkan hadits qudsi dengan
maknanya saja.
5.Membaca
al-quran al-karim merupakan ibadah; karena itu ia dibaca di dalam shalat.
….فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ
الْقُرْآنِ.....
“maka
bacalah apa yang mudah bagimu dari al-qur’an” (al-muzammil; 20).[5]
D.
Kedudukan Hadits Qudsi Antara Al-Qur’an dan Hadits Nabawi
(Perbedaan
ketiganya dapat diketahui dari penisbatan lafadz dan makna) Lafadz dan makna
Al-Quran Al Karim dinisbatkan kepada Allah ta’ala. Sedangkan hadits nabawi,
lafadz dan maknanya dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits qudsi
hanya maknanya saja yang dinisbatkan kepada Allah ta’ala bukan lafadznya.
Oleh karena itulah, membaca hadits
qudi tidak terhitung sebagai ibadah, tidak dapat digunakan sebagai bacaan dalam
shalat, tidak ada tantangan dari Allah kepada orang-orang kafir untuk
menandinginya dan tidak dinukil secara mutawatir sebagaiman Al-Qur’an. Sehingga
hadits qudsi ada yang berderajat shahih,
dla’if, bahkan maudlu’(palsu).[6]
E. Contoh-ContohHadits Qudsi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
” قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ”.
رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه)
” قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ”.
رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه)
Artinya:
DiriwayatkandariAbiHurairahr.a, beliauberkata, TelahbersabdaRasulullahﷺ, “Telahberfirman Allah tabarakawata’ala (Yang
MahaSucidanMahaLuhur), AkuadalahDzat Yang MahaMandiri, Yang Paling tidakmembutuhkansekutu;
BarangsiapaberamalsebuahamalmenyekutukanAkudalamamalanitu,
makaAkumeninggalkannyadansekutunya”. ~ Diriwayatkanoleh Muslim
(danbegitujugaolehIbnuMajah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
” قَالَ اللَّهُ: يَسُبُّ بَنُو آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ”
رواه البخاري (وكذلك مسلم)
” قَالَ اللَّهُ: يَسُبُّ بَنُو آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ”
رواه البخاري (وكذلك مسلم)
Artinya:
DiriwayatkandariAbiHurairahr.a, beliauberkata, telahbersabdaRasulullahﷺ, “Allah TelahBerfirman, ‘Anak – anakadam (umatmanusia)
mengecamwaktu; danakuadalah (Pemilik) Waktu; dalamkekuasaankumalamdansiang’”
~Diriwayatkanoleh al-Bukharidanbegitujuga Muslim.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
” قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ”
رواه البخاري (وكذلك النسائي)
” قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ”
رواه البخاري (وكذلك النسائي)
Artinya:
DiriwayatkandariAbiHurairahr.a., bahwasanyaNabiﷺbersabda,
telahBerfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umatmanusia)
telahmendustakanku, danmerekatidakberhakuntukitu,
danmerekamencelakupadahalmerekatidakberhakuntukitu,
adapunkedustaannyapadakuadalahperkataanya, “DiatidakakanmenciptakankanakukembalisebagaimanaDiapertama
kali menciptakanku (tidakdibangkitkansetelahmati)”,
adapuncelaanmerekakepadakuadalahucapannya, “Allah telahmengambilseoranganak,
(padahal) AkuadalahAhad (MahaEsa) danTempatmemohonsegalasesuatu (al-shomad),
Akutidakberanakdantidak pula diperankkan, dantidakadabagikusatupun yang
menyerupai”. ~ Diriwayatkan oleh
al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
Bab III
Penutup
- Kesimpulan
Secara
etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada
al-quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang
dihubungkan kepada zat yang quds yaitu dihubungkan kepada yang maha suci adalah
allah swt. Lalu disusuli dengan pengertian menurut istilah adalah hadis yang
diriwayatkan kepada kita dari nabi saw yang disandarkan oleh beliau kepada
allah swt, dengan arti lain bahwa sesuatu yang dikhabarkan oleh allah swt
kepada rasullah saw melaui ilham atau mimpi kemudian baginda menyampaikan
dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada manusia. Salah satu
perbedaan al-quran dengan hadits qudsi adalah lafadz dan arti al-quran berasal
dari allah. Sedangkan hadits qudsi, artinya berasal dari allah, akan tetapi
lafadznya dari nabi muhammad. Salah satu perbedaan hadits qudsi dengan hadits
nabawi adalah hadits nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh nabi muhammad.
Adapun hadits qudsi dinisbahkan kepada allah. Nabi muhammad hanya berstatus sebagai
penyambung lidah dari-nya.
- Saran
Demikian
makalah yang telah kami sampaikan,namun dari kami menyadari bahwa kesalahan
masih sering terjadi,untuk itu kami mohon untuk memberikan masukan demi
kemajuan dan koreksi makalah yang kami
buat agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Solahudin Agus dan Suyadi Agus. 2008. Ulumul
Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
2.
Muhammad Syaikh bin al-Utsaimin Shalih. 2008. Mushthalah
AlHadits. Jogjakarta: Media Hidayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar