Sabtu, 05 Juli 2014

Makalah Hadits Qudsi



KATA PENGANTAR


Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Al Hadits dengan judul “Hadits Qudsi”, serta sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Tujuan penulisan Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Al Hadits. Makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen kita, Abdul Waid M.S.I yang telah membantu memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan guna menyempurnakan makalah–makalah kami selanjutnya.



Kebumen, Mei 2014


Penulis

Bab
I
Pendahuluan

A.    LatarBelakang
Dasar agama islam yang muliainiadalah al qur’andanhadistnabisholallahu ‘alaihiwasallam. Artinya, segalabentukkeyakinan, amalandanperbuatanseorangmanusiaharuslahmencocokiapa yang terdapatdalamalqur’andanhadistnabisholallahu ‘alaihiwasallam. Dalamtradisiislam, haditsdiyakinisebagaisumberajaran agama keduasetelah al-quran. Akan tetapi, pengambilanhaditssebagaidasarbukanlahhal yang mudah.Mengingatbanyaknyapersoalan yang terdapatdalamhaditsitusendiri.Sehinggadalamberhujjahdenganhaditstidaklahsertamertaasalcomotsuatuhaditssebagaisumberajaran.
Sejarahpembukuanhadisttidaklepasdariusahaparaulamahadist yang telahmelakukanklasifikasiterhadaphadistbaikberdasarkankuantintasmaupunberdasarkankualitashadist.Dari segikuantitasperiwayatnya, hadisdibagimenjadiduayaituhadistmuttawatir dan hadistahad.Sedangkandarisegikualitassanaddanmatannya, hadistdibagimenjaditiga:hadistsahih, hadisthasan, danhadistdho’if.
Hadis dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimunculkan pertama kali terdapat empat macam, yaitu qudsi, marfu’, mawquf, dan, maqthu’. Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita itu dari allah dinamakan hadis qudsi, jika sumber berita datang dari nabi disebut hadis marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadis mawquf, dan jika datangnya dari tabi’in disebut hadis maqthu’. Sumber berita utama di atas tidak dapat menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari allah atau nabi, karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang hadits qudsi. Kami juga akan membahas tentang perbedaannya dengan al-quran dan hadits nabawi.


B.     RumusanMasalah
  1. Apa pengertiandarihadistqudsi ?
  2. Persamaandanperbedaanhaditsqudsidenganhaditsnabawi ?
  3. Perbedaanhaditsqudsidengan al-qur’an ?
  4. Kedudukan hadits qudsi antara al-qu’an dan hadits nabawi ?
  5. Contoh-contoh hadits qudsi ?

C.    TujuanPerumusan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan    rumusan masalah diatas. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada kita semua mengenai hadits qudsi, dan perbedaannya dengan al-quran dan hadits nabawi. Dan apabila terdapat permasalahan yang ingin dibahas, sekiranya kita dapat memecahkannya bersama-sama.

















Bab II
Pembahasan

  1. Pengertian Hadits Qudsi
Secara bahasa hadits qudsi berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan, artinya suci atau bersih.
Secara terminology terdapat beberapa defenisi yang berbeda, antara lain:
مايخبرالله تعالى به النبي صلى الله عليه وسلم بالإلهام أو بالمنام فأخبرالنبي من ذالك المعنى بعبارة نفسه
Artinya :  ”sesuatu yang diberitakan allah swt. Kepada nabi saw. Dengan ilham atau mimpi, kemudian nabi menyampaikan berita itu dengan unkapan-ungkapan sendiri.”[1]
كل حديث يضيف فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم قولاإلى الله عزوجل
Artinya : ”segala hadits rasul saw. Yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada allah ‘azza wa jalla”[2]

ما أخبرالله نبيه تارةبالوحي وتارةبالإلهام وتارةبالمنام مفوضاإليه التعبيربأي عبارة شاء
Artinya : “sesuatu yang diberitakan allah swt., terkadang melalui wahyu, ilham, atau mimpi, dengan redaksinya yang diserahkan kepada nabi saw.”[3]
Dari semua defenisi diatas, dapat  ditarik kesimpulan bahwa hadits qudsi adalah segala sesuatu yang diberitakan Allah swt. Kepada nabi saw. Selain al-quran yang redaksinya disusun oleh nabi saw.
Disebut hadits karena redaksinya disusun sendiri oleh nabi saw. Dan disebut qudsi karena hadits ini suci dan bersih (ath-thaharah wa at-tanzih) dan datangnya dari dzat yang mahasuci. Hadits qudsi ini juga sering disebut dengan hadits ilahiyah atau hadits rabbaniah. Disebut ilahi atau rabbani karena hadits ini dating dari allah raab al-‘alamin.

B.     Persamaandan PerbedaanAntaraHaditsQudsidan HaditsNabawi  
1. PersamaanHaditsQudsidenganHaditsNabawi
Hadits qudsi dengan hadits nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan,yaitu sama-sama bersumber dari Allah SWT.Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
وما ينطق عن الهوي.ان هو الا وحي يوحي
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya).(Q.S.An-Najm [53]:3-4).

2. PerbedaanHaditsQudsidenganHaditsNabawi
Perbedaan Hadist Nabawi da Hadist Qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu Hadist Nabawi dinisbatkan kepada Rasulullah SAW dan diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan Hadist Nabawi. Adapun Hadist Qudsi dinisbatkan kepada Allah SWT, sedangkan Rasulullah SAW, menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT. Oleh karena itu, ia dibatasi dengan sebutan Al-Quds atau Al-llah,sehingga disebut hadist qudsi atau hadist ilahi, yakni penisbatan kepad Dzat Yang Maha Tinggi.[4]

C.    PerbedaanHaditsQudsidengan Al Qur’an
Ada beberapa perbedaan antara hadits qudsi dengan al-qur’an. Dan yang terpenting ialah;
1.Al-quran al-karim adalah kalam allah yang diwahyukan kepada rasulullah saw dengan lafazhnya, yang dengannya orang arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti al-quran itu, atau sepuluh surat yang serupa itu, atau bahkan satu surat sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena al-quran merupakan mukjizat abadi hari kiamat. Sedangkan hadits qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula berfungsi sebagai mukzijat.
2.Al-quran al-karim hanya dinisbahkan kepada allah semata. Istilah yang dipakai biasanya, “allah ta’ala telah berfirman.” Adapun hadits qudsi seperti telah dijelaskan sebelumnya, terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada allah. Penyandaran hadits qudsi kepada allah itu bersifat penisbatan insya’i (yang diadakan). Disini juga menggunakan ungkapan, “allah telah berfirman atau allah berfirman.” Terkadang juga diriwayatkan dengan disandarkan kepara rasulullah saw, tetapi penisbatannya bersifat ikhbar (pemberitaan), karena nabi yang mengabarkan hadits  itu dari allah. Maka disini dikatakan; rasulullah mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari tuhannya.
3.Seluruh isi al-quran dinukil secara mutawatir , sehingga kepastiannya sudah mutlak (qath’i ats-tsubut). Sedang hadits-hadits qudsi sebagian besar memiliki derajat khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan (zhanni ats-tsubut). Adakalanya hadits qudsi itu shahih, terkadang hasan (baik) dan ada pula yang dha’if (lemah).
4.Al-quran al-karim dari allah, baik lafazh maupun maknanya. Itulah wahyu. Adapun hadits qudsi maknanya saja yang dari allah, sedang lafazh (redaksi)nya dari rasulullah saw hadits qudsi wahyu dalam makna, bukan dalam lafazh. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadits, tidak mengapa meriwayatkan hadits qudsi dengan maknanya saja.
5.Membaca al-quran al-karim merupakan ibadah; karena itu ia dibaca di dalam shalat.
….فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ.....
 “maka bacalah apa yang mudah bagimu dari al-qur’an” (al-muzammil; 20).[5]






D.    Kedudukan Hadits Qudsi Antara Al-Qur’an dan Hadits Nabawi
(Perbedaan ketiganya dapat diketahui dari penisbatan lafadz dan makna) Lafadz dan makna Al-Quran Al Karim dinisbatkan kepada Allah ta’ala. Sedangkan hadits nabawi, lafadz dan maknanya dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits qudsi hanya maknanya saja yang dinisbatkan kepada Allah ta’ala bukan lafadznya.
            Oleh karena itulah, membaca hadits qudi tidak terhitung sebagai ibadah, tidak dapat digunakan sebagai bacaan dalam shalat, tidak ada tantangan dari Allah kepada orang-orang kafir untuk menandinginya dan tidak dinukil secara mutawatir sebagaiman Al-Qur’an. Sehingga hadits qudsi ada yang berderajat shahih,  dla’if, bahkan maudlu’(palsu).[6]
      E. Contoh-ContohHadits Qudsi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 
” قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ”. 
رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه)
Artinya: DiriwayatkandariAbiHurairahr.a, beliauberkata, TelahbersabdaRasulullah, “Telahberfirman Allah tabarakawata’ala (Yang MahaSucidanMahaLuhur), AkuadalahDzat Yang MahaMandiri, Yang Paling tidakmembutuhkansekutu; BarangsiapaberamalsebuahamalmenyekutukanAkudalamamalanitu, makaAkumeninggalkannyadansekutunya”. ~ Diriwayatkanoleh Muslim (danbegitujugaolehIbnuMajah).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 
” قَالَ اللَّهُ: يَسُبُّ بَنُو آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ” 
رواه البخاري (وكذلك مسلم)
Artinya: DiriwayatkandariAbiHurairahr.a, beliauberkata, telahbersabdaRasulullah, “Allah TelahBerfirman, ‘Anak – anakadam (umatmanusia) mengecamwaktu; danakuadalah (Pemilik) Waktu; dalamkekuasaankumalamdansiang’” ~Diriwayatkanoleh al-Bukharidanbegitujuga Muslim.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 
” قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ” 
رواه البخاري (وكذلك النسائي)
Artinya: DiriwayatkandariAbiHurairahr.a., bahwasanyaNabibersabda, telahBerfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umatmanusia) telahmendustakanku, danmerekatidakberhakuntukitu, danmerekamencelakupadahalmerekatidakberhakuntukitu, adapunkedustaannyapadakuadalahperkataanya, “DiatidakakanmenciptakankanakukembalisebagaimanaDiapertama kali menciptakanku (tidakdibangkitkansetelahmati)”, adapuncelaanmerekakepadakuadalahucapannya, “Allah telahmengambilseoranganak, (padahal) AkuadalahAhad (MahaEsa) danTempatmemohonsegalasesuatu (al-shomad), Akutidakberanakdantidak pula diperankkan, dantidakadabagikusatupun yang menyerupai”. ~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i)


Bab III
Penutup

  1. Kesimpulan
Secara etimologi kata al-qudsi adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada al-quds yang berarti suci. Dengan demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat yang quds yaitu dihubungkan kepada yang maha suci adalah allah swt. Lalu disusuli dengan pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari nabi saw yang disandarkan oleh beliau kepada allah swt, dengan arti lain bahwa sesuatu yang dikhabarkan oleh allah swt kepada rasullah saw melaui ilham atau mimpi kemudian baginda menyampaikan dengan menggunakan perkataan baginda sendiri kepada manusia. Salah satu perbedaan al-quran dengan hadits qudsi adalah lafadz dan arti al-quran berasal dari allah. Sedangkan hadits qudsi, artinya berasal dari allah, akan tetapi lafadznya dari nabi muhammad. Salah satu perbedaan hadits qudsi dengan hadits nabawi adalah hadits nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh nabi muhammad. Adapun hadits qudsi dinisbahkan kepada allah. Nabi muhammad hanya berstatus sebagai penyambung lidah dari-nya.
  1. Saran
Demikian makalah yang telah kami sampaikan,namun dari kami menyadari bahwa kesalahan masih sering terjadi,untuk itu kami mohon untuk memberikan masukan demi kemajuan dan koreksi makalah yang  kami buat agar menjadi lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

1.      Solahudin Agus dan Suyadi Agus. 2008. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
2.      Muhammad Syaikh bin al-Utsaimin Shalih. 2008. Mushthalah AlHadits. Jogjakarta: Media Hidayah.



























[1] M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis ( BandungPustaka Setia, 2008), hal. 25.

[2]Ibid.,
[3]Ibid,. hal 26.  
[4]Ibid., hal. 26.
[5]Ibid., hal. 28.
[6] Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Mushthalah Al Hadits, (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), hal. 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar